Jumat, Maret 06, 2009

Diam Memperparah Kerusakan

Masih bisakah diam dikonotasikan sebagai emas, jawaban “tidak”, dizaman Milenium yang sangat cepat kata diam atau perbuatan yang diam, serta tetap diam sulit untuk dilakukan untuk sebuah keadaan. Banyaknya kesempatan untuk bergerak, berpindah dan berbicara.

Sebongkah emas tidak dapat berharga bila masih ada ditempatnya, tidak dapat dikatakan bernilai bila masih dalam bentuk bongkahan mineral. Ditangan dan jiwa yang berkreasilah berubah menjadi mulia dan bernilai.

Kerusakan yang ada dimilenium ini sudah menjadi gaya hidup, kerusakan telah hidup dan menjadi hidup dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi kegiataan dalam kehidupan yang dijalani.

Diam bukanlah sebuah kelebihan pada kehidupan ini. Saat bangsa hancur disebabkan “diam”-nya masyarakat yang terpaksa diam melihat penguasa yang diam ditempat mereka berdiam, diamnya penguasa melihat rakyatnya betah pada ke”diam”annya. Benarkah masyarakat sudah tidak peduli dengan keadaan mereka atau karena suara mereka habis sehingga terpaksa diam.

Kian hari ke”diam”an sudah menjadi bagian dalam kehidupan, kian hari kerusakan menjadi bagian penting dalam kehidupan.

Diam adalah emas omong kosong, bergerak untuk bersuara disumpal dan dirantai. Jadi biarkanlah diam memperparah kerusakan.


Asbapera R.D Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar