Sabtu, Maret 28, 2009

Pekanbaru Kota ku yang tercinta




Kota pekanbaru adalah ibukota provinsi Riau, dikota inilah banyak ragam orang dari kota lain berkumpul, karena kota Pekanbaru pusat perdagangan dan belum menjadi kota bisnis masih banyak yang harus dicapai pekanbaru untuk mendapat gelar tersebut.
Kota ini sungguh unik karena visi Riau 2020 untuk menjadikan pusat kebudayaan melayu dan menjadi pusat perdagangan, keunikannya hampir selurh sektor dikuasai bukan dari orang melayu, malah para kaum pendatang baik dari luar daerah maupun ethis tiongha. Kemanakah semua orang melayu sehingga harus kaum pendatang yang menguasai seluruh sektor perdagangan, monopoli orang pendatang jelas tampak pada perekonomian dipekanbaru.
Bila ada masalah di provinsi tetangga pastilah harga-harga barang pokok melonjak tinggi, karena jalur transportasi putus atau permasalahan yang membuat pengiriman barang pokok. Monopoli perdangan dibagi dalam dua sektor yaitu sektor menegah keatas dan menengah kebawah semuanya hampir tidak ada orang melayu yang menguasainya, sektor menengah keatas lebih banyak di kuasai etnis Tiongha dan sektor menegah kebawah banyak dikuasai oleh kaum pendatang.
Pekanbaru memang banyak berbenah sejak Drs. Herman Abdullah menjadi Walikota sudah dua kali mendapat adipura, tapi masih banyak juga sampah berserakan apakah hanya jalan sudirman saja yang harus bersih dari sampah dan jalan-jalan lainnya tidak. Walapun dinas Kimpraswil sudah membersihkan seluruh gorong-gorong dan sampah tetap saja sampah berserakan, faktor manusia atau memang sudah jadi adat istiadat pekanbaru.
Bukan hanya sampah masih banyak kalau mau dikatakan permasalahan yang harus diselesaikan oleh pekanbaru. Transportasi semrawut, listrik dengan alasan klasik, kartu penduduk, dan sebagainya. Hilang sudah dana PEMKO Pekanbaru untuk membangun terminal Bandar Raya, masih banyak juga bus-bus yang mengambil penumpang di luar terminal, kalau lah usul ini bisa diterima alhamdulliah permasalahan ini bisa diatasi dengan dua cara yaitu: cara halus dan cara kasar.
Cara kasar dengan menyontoh PEMKO Jakarta dengan menyegel kendaraan yang beroperasi diluar terminal, pencabutan izin trayek dan pencabutan SIM pengemudi. Cara halus dengan melakukan sosialosi pada pengemudi dan pemilik kendaraan, itulah Pekanbaru monopoli orang luar lebih berkuasa daripada orang tempatan. Peraturan dibuat unutk dilanggar bukan untuk diikuti, memang dasar manusianya sudah tertup telinga dan hatinya sehingga tidak tahu lagi benar dan salah. Semuanya sesuai dengan kehendak dirinya.
Listrik, air bersih dan entah apalagi yang berlaku di Pekanbaru ini, bagai dua sisi mata uang dimana prestasi mencolok permasalahan yang muncul, keunikan yang membuat Pekanbaru banyak berbenah dan bersolek hanya untuk satu kata “persaingan” dengan daerah lain yang lebih dari segala kelebihan.
Maju terus kota tercinta jangan pernah menyerah hanya karena ketinggalan dari yang lain