Jumat, Maret 06, 2009

Kesalahan adalah Perubahan

Dalam kehidupan manusia tak luput dari kesalahan yang segaja atau tidak, kehidupan manusia yang di jalani dari mulai lahir kedunia sampai akhir hayatnya bisa berbuat kesalahan, kesahalan itu adalah perubahan. Dimana manusia menyalahkan atau disalahkan ada sebuah perubahan baik dalam dirinya atau disekitarnya, dan perubahan itu berdampak pada kehidupan.
Benarkah perubahan itu perlu?, bisa juga dikatakan perlukah sebuah perubahan atau kita katakan saja perlukah perubahan yang benar?, bisakah dijawab-dalam faktanya perubahan itu ditakuti walaupun ada yang mengatakan “perubahan bukan untuk ditakuti”. Kenyataanya perubahan banyak ditakuti daripada dilaksanakan.
Bisakah kesalahan membuat sebuah perubahan?, tentunya yang dipertanyakan lagi ialah “apa itu kesalahan” dan “apa itu perubahan”. Kesalahan bisa jadi diartikan perbuatan yang bertentangan dengan aturan atau tatanan dan perubahan diartikan pergesaran atau bergantinya sesuatu ke yang lain.
Kesalahan-kesalahan apa yang bisa membuat perubahan? Semua kesalahan bisa mendatangkan perbuahan. Bila menutup aurat itu adalah sebuah kesalahan yang berubah dalam kehidupan dengan membuka aurat, bila berbuat kebaikan adalah kesalahan perubahannya adalah keburukan yang dilakukan. Jangan takut pada kesalahan dengan tidak berbuat kesalahan, karena kesalahan bagian dari kehidupan manusia.

Asbapera R.D Lubis

Diam Memperparah Kerusakan

Masih bisakah diam dikonotasikan sebagai emas, jawaban “tidak”, dizaman Milenium yang sangat cepat kata diam atau perbuatan yang diam, serta tetap diam sulit untuk dilakukan untuk sebuah keadaan. Banyaknya kesempatan untuk bergerak, berpindah dan berbicara.

Sebongkah emas tidak dapat berharga bila masih ada ditempatnya, tidak dapat dikatakan bernilai bila masih dalam bentuk bongkahan mineral. Ditangan dan jiwa yang berkreasilah berubah menjadi mulia dan bernilai.

Kerusakan yang ada dimilenium ini sudah menjadi gaya hidup, kerusakan telah hidup dan menjadi hidup dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi kegiataan dalam kehidupan yang dijalani.

Diam bukanlah sebuah kelebihan pada kehidupan ini. Saat bangsa hancur disebabkan “diam”-nya masyarakat yang terpaksa diam melihat penguasa yang diam ditempat mereka berdiam, diamnya penguasa melihat rakyatnya betah pada ke”diam”annya. Benarkah masyarakat sudah tidak peduli dengan keadaan mereka atau karena suara mereka habis sehingga terpaksa diam.

Kian hari ke”diam”an sudah menjadi bagian dalam kehidupan, kian hari kerusakan menjadi bagian penting dalam kehidupan.

Diam adalah emas omong kosong, bergerak untuk bersuara disumpal dan dirantai. Jadi biarkanlah diam memperparah kerusakan.


Asbapera R.D Lubis